Dalam surat Al-Balad [90]: 4, Allah swt berfirman :
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”
Ayat di atas menegaskan, bahwa tidak akan ada manusia yang bisa menghindarkan diri dari kesusahan, kesulitan dan masalah. Bahkan, semakin tinggi kedudukan dan prestise seseorang di tengah masyarakat, maka akan semakin banyak dan besar tingkat kesusahan dan masalah yang dihadapinya. Jika seseorang bisa melepasakan diri dari suatu persoalan, dipastikan dia akan dihadapkan kepada persoalan baru yang
lebih sulit dari sebelumnya.
Kata kabad yang berarti kesulitan jika dirobah menjadi kabid maka artinya berubah menjadi hati. Hal itu memberikan isyarat bahwa kesusahan itu berada di dalam hati manusia. Jika ada seseorang yang tampil selalu riang dan gembira, bukan berarti hidupnya tidak punya masalah. Dia pasti menyimpan banyak masalah dan persoalan yang tersimpan di dalam hatinya.
Oleh karena itulah, manusia memiliki kecenderungan untuk berupaya mencari ketenangan hati. Tidak sedikit manusia yang
harus membayar mahal demi memperoleh yang namanya ketenangan. Bahkan banyak di antaranya yang menempuh jalan pintas dan sesat, seperti menkonsumsi obat-obat penenang semacam narkoba. Namun, ketenangan yang mereka dapatkan adalah ketenangan yang semu dan bersifat sementara, yaitu ketika obat masih bereaksi di tubuhnya. Ketika reaksi obat telah habis dia kembali dihadapkan kepada masalah sebelumnya.
Di dalam surat Ar-Ra’du [13]: 28, Allah telah menawarkan cara memperoleh ketengan hati yang paling efektif dan bersifat permanen. Seperti firman-Nya:
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
0 komentar:
Posting Komentar